
Ada beberapa aktor yang secara metafora selalu digembar-gemborkan sebagai tulang punggung negara, dalam hal ini memiliki peran yang sangat vital sebagai aktor yang mampu membawa Indonesia keluar dari keterpurukan dari negara berkembang menuju negara maju. Aktor-aktor tersebut seperti pemuda, petani, UMKM, akademisi, pengusaha, dan sebagainya. Semua aktor tersebut penting dalam pembangunan bangsa pada ruang lingkup wilayah dan tanggung jawab masing-masing. Namun, paling penting bagaimana mempersiapkan dan menuntun aktor-aktor tersebut menjadi aktor yang berkualitas guna pembangunan bangsa. Disinilah peran kaum perempuan yang terlupakan.
PEREMPUAN, AKTOR YANG TERLUPAKAN
Jika kita menoleh ke belakang, ternyata perempuan menaruh peranan penting dalam perjalanan kebangsaan Indonesia, terutama dalam upaya melawan penjajah. Hal ini dapat kita jumpai setiap tahunnya dalam momentum Hari Kartini pada 21 April yang diperingati untuk mengingat perjuangan Raden Ajeng Kartini, tokoh perempuan nasional yang memperjuangkan hak-hak dan pendidikan bagi kaum perempuan. Selain itu ada pula momentum Hari Ibu pada 22 Desember yang diperingati untuk mengingat perjuangan kaum perempuan dalam menyuarakan hak-haknya lewat Kongres Perempuan Indonesia yang pertama. Peringatan Hari Ibu juga sekaligus memiliki spirit yang sama dengan Peringatan Hari Ibu Internasional.
Tokoh-tokoh perempuan lainnya yang memiliki peran sama pentingnya dalam upaya perjuangan bangsa, yakni seperti Cut Nyak Dien, Raden Dewi Sartika, Martha Christina Tiahahu, dan masih banyak lagi. Jika ditelisik lebih dalam, maka perjuangan yang telah dilakukan memiliki spirit yang sama, yakni ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, menyuarakan emansipasi wanita, pendidikan kaum perempuan, serta pemberdayaan kaum perempuan nusantara. Dengan demikian, maka tentu perempuan telah menaruh tinta emas dalam pembangunan bangsa. Namun, masihkah perjuangan itu selalu dikenang, dihitung, bahkan diteruskan?
BUKAN SEKADAR IDENTITAS GENDER
Bukan sekadar identitas gender, perempuan memiliki potensi yang besar. Kata Najwa Shihab, seorang jurnalis perempuan masa kini “Dalam narasi-narasi kehidupan yang nyata ini, sosok perempuan menjadi salah satu kekuatan yang tak terbatas”. Narasi kekuatan yang dimaksud mungkin dapat berarti kekuatan fisik dan juga kekuatan mental yang dimiliki oleh manusia. Namun, sesungguhnya kekuatan yang dimaksud dapat pula bermakna yang lebih luas, yakni kekuatan yang tidak terbatas untuk merasakan, menginisiasi, memimpin, serta memperbaharui, sama halnya yang telah dilakukan oleh tokoh-tokoh perempuan pendahulu bangsa Indonesia.
Jumlah perempuan di Indonesia merupakan aset potensial yang cukup besar bagi pembangunan bangsa. Hasil sensus penduduk Indonesia tahun 2020 mencatat bahwa proporsi penduduk perempuan mencapai sekitar 49,42% yang setara dengan 133,54 juta jiwa. Angka ini merupakan gambaran bahwa jumlah perempuan di Indonesia merupakan aset potensial yang cukup besar bagi pembangunan bangsa.
Persentase kenaikan angka keperempuanan di Indonesia juga menunjukkan perkembangan positif dalam beberapa bidang, seperti kepemimpinan dan partisipasi dalam politik praktis. Proporsi perempuan di posisi manajerial meningkat dari 22,32% pada tahun 2015 menjadi 35,02% pada tahun 2023. Selain itu, persentase anggota perempuan DPR RI juga mengalami kenaikan menjadi 22% pada periode 2024-2029.
Namun demikian, potensi jumlah perempuan Indonesia belum sebanding dengan peran partisipasi perempuan di segala bidang kehidupan, yang umumnya masih didominasi oleh laki-laki. Sehingga demikian, menjadi tantangan terhadap potensi perempuan dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia hari ini. Mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Meutia Hatta pernah menghimbau agar perempuan hendaknya mampu membentuk mindset pemberdayaan diri sendiri (self-empowerment), agar mampu mengatasi kendala yang dihadapi serta memberdayakan perempuan lainnya dalam mencapai kemajuan bersama.
PEREMPUAN, PENCETAK GENERASI UNGGUL
Mindset pemberdayaan perempuan perlu dihidupkan dan terus digerakkan. Mindset yang dimaksud yakni pemberdayaan dari dan oleh perempuan, untuk perempuan, keluarga, dan masyarakat.
Peranan perempuan masa kini tidak hanya sekadar mendidik dan merawat anak serta mengurus rumah tangga. Lebih dari itu, perempuan berperan dalam mendidik anak dalam dalam rangka mempersiapkan generasi emas Indonesia. Peran substansi itu yang perlu dihidupi sebagai sebuah visi besar. Perempuan masa kini juga perlu bertransformasi secara kolektif untuk melakukan gerakan pemberdayaan bersama. Baik pemberdayaan dalam mendidik anak, pemberdayaan ekonomi dan kesehatan keluarga, serta pemberdayaan sosial masyarakat, hingga berpartisipasi dalam kontestasi politik dalam rangka memimpin dan memperbaharui masyarakat.
PENUTUP
Potensi besar perempuan Indonesia perlu terus dikembangkan dan dimanfaatkan untuk mencapai kemajuan bangsa. Pembangunan dimulai dari keluarga, komunitas, hingga sekop yang lebih luas. Tantangan yang ada perlu dihadapi dan diatasi secara bersama. Niscaya, pemberdayaan perempuan yang diiringi dengan penanganan tantangan serta dikelola secara kolektif, akan menjadi kunci untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mempercepat kemajuan bangsa.
Indonesia Emas 2045 sangat erat ditentukan oleh kaum Perempuan.